Matahari terbit 17 Agustus 2021 menjadi saksi berpulangnya KH. Masyhadi ke rahmatullah. Pagi yang seharusnya disambut dengan kegembiraan perayaan HUT Ke-76 RI itu berubah menjadi momen penuh kesedihan. Pada hari itu, seorang istri kehilangan belahan jiwanya, sebuah keluarga kehilangan kepala keluarganya, para santri kehilangan murabbi ruhi-nya, dan masyarakat kehilangan tokohnya.
Kepergian sosok pengasuh PPFH ini adalah sebuah musibah, karena bersamaan dengan kepergian beliau, Allah SWT mencabut sebagian ilmu dari dunia ini. Rasulullah SAW bersabda:
مَوْتُ الْعَالِمِ مُصِيبَةٌ لا تُجْبَرُ ، وَثُلْمَةٌ لا تُسَدُّ , وَنَجْمٌ طُمِسَ ، مَوْتُ قَبِيلَةٍ أَيْسَرُ مِنْ مَوْتِ عَالِمٍ
Artinya: “Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama.” (HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’)
Read More