September 27, 2023

MENGENAL HABIB ALI BIN MUHAMMAD AL-HABSY, SHAHIBUL MAULID SIMTHUDDUROR

0

Siapa dari kita masyarakat nahdliyin yang tidak mengenal dengan kitab Simtudduror. Kitab yang kecil namun indah berisikan lantunanlantunan keagungan kepada Nabi Muhammad SAW. Selain kitab Barzanji dan Dhiba’, kitab inipun juga menjadi bacaan pilihan masyarakat nahdliyin dalam kegiatan-kegiatan dan aktivitas rutin tertentu.

Kitab Simtudduror yang mempunyai judul asli “Simtudduror fi akhbar Maulid Khairil Basyar min akhlaqi wa aushaafi wa siyar” ini masyarakat lebih mengenal dengan sebutan “Maulid Al-Habsy” yang merujuk kepada nama pengarangnya yaitu Habib Ali Bin Muhammad Al-Habsy. Siapakah beliau Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy itu ?

Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy adalah pengarang kitab maulid Simtuduror, seorang putra yang dilahirkan pada tanggal 24 Syawal 1259 H. atau pada tahun 1839 M. dari pasangan yang mulia dan bernasab langsung dengan Nabi Muhammad SAW, beliau Al-Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi dan Habibah Alawiyah binti Husein bin Ahmad Al-Hadi AlJufri di Desa Qosam, Hadhramaut, Yaman.

Masa kecil Habib Ali bin Muhammad AlHabsy dalam manaqib diceritakan bahwa beliau selalu belajar dan memperdalam ilmu Fiqih dan ilmu-ilmu agama lainnya pada saat berumur 11 tahun dibawah asuhan ibunya, yang pada saat itu ayah beliau pindah ke kota Mekkah bersama tiga saudaranya yang sudah dewasa yakni Abdullah, Ahmad dan Husein. Sementara Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy hijrah bersama ibunya pada saat beliau masih berumur tujuh tahun bersama ibunya ke kota Seiwun sesuai atas perintah Al-Habib Umar bi Hasan bin Abdullah Al-Haddad.

Habib Ali dibesarkan di bawah asuhan dan pengawasan kedua orang tuanya; ayahandanya, Al-Imam Al-Arif Billah Muhammad bin Husin bin Abdullah Al-Habsyi dan ibundanya, AsSyarifah Alawiyyah binti Husain bin Ahmad AlHadi Al-Jufri yang pada masa itu terkenal sebagai seorang wanita yang salihah yang amat bijaksana. Berkat didikan dan juga pengawasan dari kedua orang tuanya. Beliau dalam usia yang terbilang muda sudah mempelajari dan mengkhatamkan Al-Qur’an dan telah menguasai ilmu-ilmu dhahir dan batin sebelum umurnya telah mencukupi untuk mempelajarinya.

Oleh karenanya, beliau sudah diizinkan oleh guru-gurunya untuk berdakwah dan memberikan ceramah-ceramah kepada masyarakat. Dengan pesatnya, beliau telah menjadi pusat perhatian dan ramai orang-orang turut pula menimba ilmu kepadanya. Sehingga untuk menampung jumlah jamaah yang kian hari kian besar, beliau membangun masjid di kota Seiwon (Hadramaut, Yaman) dengan nama “Masjid Ar-Riyadh” dan juga pondok-pondok yang terfalitasi untuk kenyamanan dan ketentraman murid-muridnya untuk menimba ilmu, khususnya kehidupan sehari-hari.

Beliau juga merupakan sosok yang sangat mencintai dan berbakti kedua orang tuanya, terutama kepada ibundanya As-Syarifah Alawiyyah binti Husain bin Ahmad Al-Hadi AlJufri. Beliau sangat mencintai dan menyayangi ibunda tercintanya sehingga apapun yang beliau miliki adalah semua milik ibundanya, Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy pernah berkata “Ketika ibuku masih hidup, aku tidak merasa memiliki uang walau hanya satu dirham, bahkan aku yakini bahwa harta dan segala sesuatu yang kumiliki adalah miliknya. Demi Allah, andaikata ibuku ingin menjualku ke pasar sebagai budak, aku akan mengaku sebagai budaknya dan akan kupenuhi permintaannya.”

Selain berbakti kepada orang tua, beliau juga terkenal dengan keseriusan dalam menjaga adab terhadap guru-gurunya. Dijelaskan oleh AlHabib Abdurrahman Al-Attas bahwa ketika Habib Ali Al-Habsyi masuk pada suatu majlis maka beliau seakan-akan tidak memandang apapun disekelilingnya selain memandang wajah gurunya, hal tersebut guna untuk menjaga dan mengagungkan adab kepada sang guru. Al-Habib Ali Muhammad Al-Habsy wafat pada hari Ahad 20 Rabiul Akhir 1333 H di Kota Seiwun, Hadramaut, Yaman. Beliau telah meninggalkan banyak ilmu yang beliau teruskan kepada putra-putranya yang saat ini kita kenal di Indonesia yaitu anak bungsunya Habib Alwi bin Ali Al-Habsy, pendiri Masjid “Ar-Riyadh” di Kota Solo. Dan meninggalkan karyanya yang saat ini masih dilestarikan oleh masyarakat nahdliyin yaitu Kitab Maulid Simtudduror yang beliau tulis pada Kamis 26 Safar 1327 H. dan disempurnakan pada 10 Rabiul Awal 1327 H. Semoga kita selalu mendapatkan keberkahan oleh para Auliya’ Allah , Aamiin. (HM)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *